Dia segera memasuki sedan
silvernya. Hawa dingin kota
Bogor tak
menyurutkan niatnya untuk segera berangkat ke sekolah barunya. Bila pagi- pagi
sebelumnya di sekolah lamanya dia selalu berangkat sekolah hanya dengan naik
sepeda motor, berbeda dengan pagi ini. Semenjak kecelakaan 2 bulan lalu, semua
berubah buatnya. Pagi ini dia tak lagi menuju SMA Baruna Surabaya. surabaya hanya akan menjadi kota kenangan yang begitu pahit
untuk di kenang.
SMA
Citra Hati merupakan salah satu SMA favorit di Bogor yang menjadi rebutan anak SMP yang baru
lulus. SMA Citra Hati atau yang biasa di sebut SMA CiHa selain sekolah favorit
juga terkenal dengan kedisiplinannya yang tinggi serta prestasinya di bidang
akademik maupun non-akademik. Setiap kali mengikuti lomba SMA CiHa selalu
mendapat juara, sehingga SMA CiHa sangat terkenal dikalangan anak SMA dengan
prestasi-prestasinya. SMA CiHa merupakan saingan terberat dalam setiap
perlombaan terutama pertandingan basket dan cheerleadernya. Sesampainya dia di
sekolah, dia segera menuju ruang kepala sekolah. Di saat yang bersamaan di salah
satu ruang kelas XI.ai3....
Saat
pelajaran Fisika....
“Dhea,
anak-anak OSIS jadi buat acara apa buat liburan semester 3 bulan lagi?”
“Gak
tau gue!! kemarin kan
gue gak ikut rapat! Bukannya loe kemarin yang ikut rapat?”
“Hehehe...gue
kemarin gak ikut rapat juga. Gue jalan sama chiko ke delta!!
“Chiko
siapa?? gebetan baru loe?” tanya Dhea bingung.
Tanpa mereka sadari guru Fisika yang
terkenal paling killer se-antero SMA CiHa telah berdiri di samping bangku
mereka.
“Hei!!kalian
berdua, kalian pikir ini jam istirahat!! Bentak pak Budy
“Ma...ma...maaf
pak!!” jawab Dhea dan Icha barengan
“Sudah
kalian berdua keluar dari kelas saya!!!”sambil berjalan menuju depan kelas.
“Iya,
pak.” jawab Dhea lirih.
Dhea dan Icha berjalan beriringan keluar kelas dengan
perasaan dongkol. Mereka berjalan menuju perpustakaan melewati ruang kepala
sekolah.
“dhea,
liat deh cowok yang di dalam ruang kepala sekolah....!” kata Icha sambil
menunjuk kedalam ruang kepala sekolah melalui kaca jendela.
“Duh,
apaan sich Cha! Paling-paling anak yang kena masalah. Udah lah biarin.” jawab
Dhea tanpa semangat.
“Kayaknya
bukan anak sini dech Dhe... Jangan-jangan anak baru?!”
“Trus
kalo anak baru mau di apakan?? toh dia punya hak buat masuk sekolah ini!”
“Dhea, lihat dech tuch cowok
cakep banget!!” Berlari mengejar Dhea yang sudah berbelok ke arah
perpustakaan.
“Buat loe sich semua cowok tu
cakep!!” Jawab Dhea dengan pura-pura marah.
Sudah hampir dua jam Dhea dan
Icha berada di perpustakaan sejak insiden di kelas tadi pagi. Tak ada yang
mereka lakukan di perpustakaan. Dhea dan Icha sibuk oleh pikiran masing-masing.
Diam-diam Dhea pun penasaran dengan cowok yang ada di dalam ruang kepala
sekolah tadi pagi. Ada
perasaan aneh yang menghinggapi hati Dhea. Perasaan yang tak pernah dia rasakan
semenjak 10 tahun lalu.
Beberapa
detik setelah Dhea dan Icha berlalu dari kantor kepala sekolah, dia secara
reflek menoleh kearah jalan yang barusan dilalui oleh Dhea dan Icha. Ada perasaan
aneh yang mungkin hanya dia yang bisa mengartikannya.
“Putri!”
dia berkata lirih pada dirinya sendiri
“Ada
apa?” Tanya kepala sekolah bingung
“Oh..Tidak
ada apa-apa!” jawabnya.
“Setelah
bel masuk berbunyi kamu akan saya antar menuju kelas baru mu di ruang kelas
XI.ia3. Saya harap kamu bisa menorehkan prestasi di sekolah ini seperti di
sekolah lama mu!” pesan kepala sekolah.
Iya
pak.”
“Kenapa sampai saat ini aku belum bisa melupakannya. Kenapa perasaan
ku mengatakan dia ada disini.” batinya
Tettt.....tettt....tettt....bel
istirahat berbunyi.
Pada jam
istirahat seperti ini benar-benar di gunakan oleh para siswa untuk melepaskan
kelelahan mereka setelah mengikuti pelajaran. Hampir seluruh siswa SMA CiHa memiliki
tujuan yang sama yaitu kantin. Menu di kantin di SMA CiHa berbeda dengan kantin-kantin
sekolah lain. Kantin di SMA CiHa menyediakan aneka makanan dan minuman yang
bagi SMA lain hanya di temukan di Cafe-cafe di luar sekolah. Selain kantin,
tempat lain yang menjadi sasaran para siswa adalah perpustakaan. Di
perpustakaan para siswa tidak hanya bisa mencari atau membaca buku tetapi
mereka juga bisa memakai fasilitas internet gratis.
“Dhe,
ke kantin yuk!?”
“ayo!
Gue dah laper bangetz!” jawab Dhea sambil beranjak menuju kantin. Dalam
perjalan menuju kantin mereka bertemu dengan cowok di ruang kepala sekolah tadi
pagi. Ada yang beda dari tatapan mata cowok itu pada Dhea. Tatapan mata cowok itu seperti mengisyaratkan
kekagetan yang luar biasa. Tapi
Dhea tidak menceritakan semua yang dia rasakan pada sahabatnya.
“Dhea,
bukannya cowok barusan lewat tadi itu cowok yang di ruang kepala sekolah?”
“Kayaknya
sih iya!!” jawab Dhea lirih
“Loe
kenapa Dhe? Sakit?” Tanya Icha yang menyadari perubahan sikap Dhea secara
tiba-tiba.
“Nggak
kok! Udah ayo buruan ke kantin, ntar keburu masuk lho.” Jawab Dhea sambil
berjalan meninggalkan Icha yang masih bingung dengan perubahan sikap Dhea.
Sesampainya mereka di
kantin, Dhea dan Icha pun memesan makanan dan mencari tempat duduk yang kosong.
Namun pada jam istirahat seperti saat ini, susah mencari tempat duduk yang
kosong karena semua tempat duduk telah terisi oleh siswa-siswi SMA CiHa yang
ingin memanjakan perut mereka. Dhea dan Icha pun memutuskan untuk makan di
Taman belakang sekolah. Dhea dan dan Icha makan dengan lahapnya tanpa mereka
sadari dari sudut tersembunyi ada sosok yang terus memandang mereka penuh
selidik.
“Dhe, udah belum
makannya..? Balik ke kelas yuk...!”
“heem... ayoo...! tapi
gue ke kamar mandi dulu ya.. loe langsung ke kelas aja.. ” jawab Dhea sembari
berdiri dan membersihkan roknya.
“iya deh.. tapi jangan
lama-lama.. ntar keburu pak Wiryo masuk kelas..” ucap Icha mengingatkan.
..............
Waktu istirahat telah
berakhir 5 menit yang lalu, namun guru matematika di kelas XI.ia3 belum juga
memasuki kelas, hal ini membuat kelas gaduh.
“Cha.. Dhea mana??”
tanya Rio ketua kelas XI.Ia3.
Icha yang saat itu
belum sadar kalau Dhea belum kembali ke kelas setelah jam istirahat tadi
menjadi tersadar dengan pertanyaan dari Rio.
“Dheaa... ya Tuhan,,
tu anak belum juga kembali ke kelas ya.. tadi dia pamit mau ke kamar mandi..
tapi kok lama amat ya... jangan-jangan terjadi sesuatu ma dia...” jawab icha
dengan panik sambil menengok kesana-kemari mencari dhea.
“mending loe susulin
dech Cha ke kamar mandi...” usul Rio menyadari bahwa Icha mulai kebingungan.
“Iya dech...!” jawab
Icha. Icha pun beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju luar kelas.
Namun saat sampai di depan pintu tiba-tiba bapak kepala sekolah masuk kelas dan
meyuruh Icha duduk kembali. Icha pun tak berani membantah dan dia kembali
menuju tempat duduknya dan mendengarkan pengumuman dari bapak kepala sekolah
tanpa sedikit pun berkonsentrasi.
“Anak-anak.. hari ini
bapak masuk kelas kalian untuk mengantarkan teman baru kalian.. dia ini
pindahan dari SMA Baruna Surabaya.. Rangga, perkenalkan dirimu di depan
teman-teman barumu..!”
“Iya pak...!! selamat
siang teman-teman semua... kenalin nama gue Rangga Dewa Putra..!” Rangga
memperkenalkan diri.
“Rangga, kamu silahkan
duduk di sana dan selamat belajar di sekolah barumu...!” perintah pak sigit
sambil menunjuk tempat kosong di sebelah Icha yang merupakan tempat duduk Dhea.
“Tapii pak.. ini...”
tiba-tiba Icha memotong pembicaraan bapak kepala sekolah.
“tidak ada
tapi-tapian... masa’ kamu gak suka duduk dekat cowok secakep rangga.” Potong
pak sigit pada Icha yang membuat Icha langsung diam karena seisi kelas tertawa.
Setelah perkenalan
Rangga selesai dan bapak kepala sekolah pun telah keluar kelas, seluruh
cewek-cewek di kelas XI.ia3 menghampiri tempat duduk Rangga dan mengajaknya
berkenalan. Icha yang melihat keadaan kelas yang semakin ramai memutuskan untuk
keluar kelas dan mencari Dhea ke kamar mandi. Dalam perjalanan menuju kamar
mandi, icha bertemu dengan Dhea yang barusan keluar dari kantor guru dan
membawa buku tugas.
“Dhea... loe kok lama
banget di kamar mandi...?” tanya Icha dengan nada selidik.
“hehhe... maaf! Tadi
sehabis dari kamar mandi gue ketemu sama pak wiryo, beliau nyuruh gue nyatat
tugas buat minggu depan sekalian ambil buku tugas yang dikumpulin beberapa hari
lalu..!” jawab dhea sambil menyerahkan beberapa tumpuk buku pada Icha. Mereka
pun melanjutkan perjalanan menuju ke kelas.
“jadi pak wiryo hari
ini gak masuk... wahh asyikk..!” seru Icha sambil sedikit berlari mengikuti
Dhea yang sudah hampir memasuki kelas.
setibanya mereka di
kelas, Icha pun membagikan buku tugas yang tadi dibawanya kepada teman-temannya
dan dhea menuliskan tugas yang harus di kumpulkan minggu depan di papan tulis.
Setelah selesai Dhea pun menuju tempat duduknya dan betapa kagetnya ketika
menyadari tempat duduknya telah diisi oleh orang lain yang tidak lain adalah
Rangga siswa pindahan yang di temuinya di jalan saat menuju kantin. Dengan
perasaan bingung Dhea menegur Rangga.
“Sorry.. ini tempat
duduk Gue.. loe kok berani banget duduk di tempat duduk gue tanpa ijin...!”
tanya Dhea dengan perasaan marah dan bingung.
“Ooohh! Sorry.. gue
gak tahu klo ini tempat duduk loe.. tadi pak kepsek yang nyuruh gue duduk di
sini...” jawab Rangga dengan perasaan kaget dan bersalah, dan entah mengapa
tiba-tiba ada perasaan yang aneh ketika melihat Dhea sama seperti saat melihat
Dhea di kantin.
“Gue pindah ke
belakang aja deh.. maav ya dah duduk di tempatmu...” sambung rangga sambil
mengemasi tasnya dan beranjak menuju kursi kosong yang tidak berpenghuni.
......
Jam pulang
sekolah telah berakhir sejam yang lalu. Namun masih banyak siswa SMA CiHa yang
belum pulang termasuk para anggota OSIS yang masih mengikuti rapat di salah
satu ruang kelas kosong. Revan yang merupakan ketua OSIS SMA CiHa sedang menjelaskan
mengenai rencana kegiatan yang akan di lakukan untuk mengisi liburan semester.
“jadi,
menurut hasil keputusan rapat kemarin acara untuk mengisi liburan semester
adalah campping dan bakti sosial kepada warga di sekitar tempat kita campping
nanti.... untuk susunan panitia serta tugas masing-masing panitia telah tertera
dalam proposal yang masih akan di ketik oleh Dian... ada yang mau teman-teman
tanyakan sebelum rapaat ini gue tutup....?”
Setelah
menunggu beberapa saat dan ternyata tidak ada peserta rapat yang bertanya, maka
Revan pun menutup rapat dan mengumumkan rapat lanjutan akan di lakukan satu
minggu lagi. seluruh peserta rapat terlihat lega dan langsung keluar kelas
untuk menghirup udara. Echa, dan Dhea pun menuju kantin untuk membeli minuman, namun
tiba-tiba Revan memanggil Dhea.
“Dhea....!!”
panggil revan sambil berlari menghampiri Dhea dan Icha yang hendak ke kantin.
“ada apa
van...” jawab dhea yang terpaksa berhenti karena di panggil oleh Revan.
“Bisa gak
pulang sekolah bareng gue... ada sesuatu yang mau gue omongin ma loe..” pinta
Revan pada Dhea dengan wajah memohon.
“Bagaimana
ya Van... klo gue pulang bareng loe.. trus Icha pulangnya sendirian donk...!”
“Ntar Icha
biar pulang bareng sopir loe aja Dhe...”
“gak
apa-apa kan cha...? gue ada perlu banget nie ama Dhea..” pinta revan pada Icha
dengan memohon dan memasang wajah sedih.
“iya
dech.. tapi nie terpaksa ya.. klo bukan karena loe itu sahabat Dhea dari
kecil.. gue sih males pulang berdua ma sopirnya dhea yang rada genit itu...!”
jawab Icha sambil membayangkan wajah sopir Dhea yang menurut versi Icha sangat
genit walau sebenarnya sangat baik orangnya.
Dhea dan
revan pun tertawa...
“Gue
duluan dulu ya Cha...!” pamit Revan dan Dhea bersamaan.
.......
Revan dan
Dhea pun menuju tempat parkir sepeda. Revan mengajak dhea ke sebuah taman yang
terletak di belakang komplek perumahan mereka. Di tempat ini mereka biasa
berkumpul dari kecil. Namun dulu tidak hanya mereka berdua tapi ada 2 orang
lagi. namun dua orang itu harus pergi meninggalkan Dhea dan revan saat mereka
masih berusia 7 tahun.
“Ada apa
sih van loe ngajak gue ke sini...?” tanya dhea sembari duduk di bangku taman
yang terletak persis di bawah pohon paling besar di taman itu.
“gue
pengen aja ke sini setalah hampir 2 tahun kita gak pernah lagi ke sini...”
jawab Revan sambil menatap awan putih yang menutupi matahari.
“Van,
pliss deh.. bukannya kita dah janji untuk melupakan semua kenangan yang pernah
kita ukir di sini.. kenangan antara gue, loe, dewa, ma cupit..?” bentak Dhea
sambil menahan tangis.
“gue dah
lupain semua itu dhe... hampir 2 tahun gue berusaha lupain semua itu sejak
perjanjian yang kita buat waktu itu.. tapi tadi pagi saat di ruang kepala
sekolah gue ketemu sama anak yang ntah mengapa mengingatkanku pada dewa..!” revan
pun menutup wajahnya dan menarah emosi yang tiba-tiba memuncak. Hal itu selalu
terjadi jika dia mengingat tentang 2 sahabat mereka yang pergi tanpa pamit 10
tahun lalu.
“maksud
loe Rangga, dia masuk di kelas gue.. waktu pertama gue ketemu dia di kantin,
gue juga ngerarain sama seperti yang loe rasain..” dhea mencerikan awal
pertemuannya dengan rangga dengan pandangan menerawang.
Mereka
berdua pun sibuk dengan pikirannya masing-masing dan tanpa mereka sadari sejak
pertama mereka datang di tempat itu ada sosok yang memperhatikan mereka dari
tempat yang tersembunyi dan mendengarkan percakapan mereka dengan wajah penuh
kesedihan. Dan dengan perlahan-lahan sosok itu pergi meninggalkan mereka dan
menuju sedan silvernya yang terparkir beberapa meter dari taman.
Hari telah
menjelang sore, revan pun memutuskan untuk lebih dulu mengantarkan Dhea pulang
sebelum dia sendiri pulang ke rumahnya yang hanya berjarak beberapa rumah dari
rumah Dhea. Setalah sampai di rumah dhea, Revan pun langsung pulang. Saat akan
membuka pagar, tiba-tiba Hp dhea berbunyi menandakan ada pesan masuk. Sambil
berjalan menuju dalam rumah Dhea membuka HP-nya.
From: +6285788887654
Haii,, J
Dhea yang merasa tak mengenal siapa pengirim SMS itu
merasa bingung. Di dalam kamar dhea menimbang-nimbang untuk membalas SMS itu
atau tidak. Hingga akhirnya Dhea meletakkan HP-nya di atas kasur dan menuju
meja makan untuk menikmati makan siang buatan bi inem pembantu yang sudah
bekerja di keluarga Dhea sejak pak Widodo ayah dhea menikah dengan ibu Ningsih.
Setelah menikmati makan siangnya, Dhea pun menuju kamarnya. Setalah berfikir
beberapa saat, dhea pun memutuskan untuk membalas SMS yang di terimanya
sepulang sekolah tadi.
To: +628578887654
Maav, ni cp yya??
Sambil menunggu balasan SMS dhea menyibukkan diri dengan membaca buku
pelajaran untuk besok. Namun setalah di tunggu hingga lebih dari 1 jam tidak
ada juga balasan SMS dari orang misterius itu. Dhea pun memutuskan untuk segera
mandi. Beberapa menit kemudian Dhea telah selesai mandi dan berganti pakaian,
saat hendak keluar kamar tiba-tiba HP Dhea berbunyi menandakan ada pesan masuk.
Dhea pun mengurungkan niatnya untuk keluar kamar dan segera menuju tempat
tidurnya dan membuka pesan masuk di HP-nya. Ternyata yang mengirim SMS adalah
Icha.
From: cacamarICHA
(+62856345990345)
dHe^^
Gue DaPett SMS daRii RiOo...
BeSoGg tUu ga’’ aDa pelaJaRaNd,,
guRu*nya Pd rapatt Cmua... J
setalah membaca pesan dari Icha, terbesit sedikit rasa
kecewa karena yang membalas SMS itu bukan orang misterius itu. Walau begitu,
Dhea tetap mambalas sms Icha.
To: cacamarICHA
(+62856345990345)
Yee, gue udah tau^^
Tadikan sii rio dah ngumummin d dpn
kls wktu loe lg mandengin si murid baru.
J
Karena
terlalu lama menunggu akhirnya dhea pun tertidur.
....
Jam menunjukkan pukul 03:00 dini hari. Dhea terbangun dari
tidurnya dan langsung mencek HP-nya. Ternyata di layar HP dhea tertera 4 pesan
baru dan 1 panggilan tak terjawab dari Icha. Dhea pun membuka pesan di HP-nya
satu persatu.
From: cacamarICHA
(+62856345990345)
yEe’’
gUe g maNdaNgiNd tuu aNag bR,,
tPii tu aNaGg bR yG maNdNgind GuEe
trUss..
J
From: cacamarICHA (+62856345990345)
WooEe’’
LoeE tDuR yYa dHe,,
L
From: Revan_ndika** (+6289932545655)
Dheeaaa....
Besok gue ke sekolah nebeng loe..
Sepeda gue mogok!!
Oke dhea sayankk...
Setelah membaca pesan dari
revan, Dhea langsung tertawa dan membalasnya.
To: Revan_ndika** (+6289932545655)
Hahahah...
Loe sich spd mtor g prnh d servicee..
:D
Besok gue tunggu d rmh jam 6 tpat..
Tlat 1 mnit.. tinggal!!
Hahahah!!
Setelah membalas sms dari revan, Dhea pun membuka 1 pesan
yang tersisa. Ternyata pesan terakhir yang di buka Dhea adalah SMS dari orang
misterius.
From: +628578887654
Sorry dah ganngu..
Knlin gue Putra anak SMA Garuda..
Gue cman pengen knalan ma loe..
Loe Dhea Anandya Putri kan?
Setelah membaca sms dari orang misterius itu, Dhea merasa
bingung karena orang misterius itu mengenal dirinya. Ada perasaan takut untuk
membalas kembali sms dari orang misterius itu, tapi juga ada perasaan penasaran.
Setelah berfikir beberapa saat, akhirnya Dhea memutuskan untuk membalas sms
dari orang misterius itu.
To: +628578887654
Loe kok thu nm gue?
:o
Setelah
mengirim sms balasan pada cowok misterius itu, Dhea memberi nama orang
misterius itu dengan nama “sii putra_misterius” pada daftar nomor telepon di
HP-nya. Beberapa menit kemudian ada pesan masuk di HP dhea.
From: sii
putra_misterius (+628578887654)
Loe ko’ blm tdur..
G baik cew tdur mlm2
Loe g perlu thu gue dpt no.HP loe dr
cp..
Tp loe g prlu tkut,, gue gk’ punya
niat jht kok ma loe..
Dhea pun segera membalas sms dari putra.
To: sii putra_misterius (+628578887654)
Ya dech trsrh loe..
Slm knl dr gue
Gue tdur dlu.
Nite!
Setelah memastikan sms terkirim dhea mematikan HP-nya dan mencharger batrey
HP-nya yang sudah mendekati batrey lemah. Dhea pun segera tidur.
...
Keeseokkan harinya di
sekolah.
Dhea yang hari itu datang ke
sekolah hampir terlambat karena bangun kesiangan segera berlari menuju kelasnya
sambil mendengarkan omelan dari revan yang juga datang terlambat karena
kelamaan menunggu dhea.
“loe nyuruh gue datang ke rumah loe jam 6.. eh malah loe
sendiri yang bangunnya kesiangan... gara-gara loe gue gak sarapan tadi...!”
omel revan sambil mengikuti Dhea yang berlari menuju kelasnya.
“yaa.. sorry van,, gue semalam gak bisa tidur.. tapi loe
kan tadi dah sarapan di rumah gue.. dah gtu jatah sarapan gue loe embat juga
gtu...!” jawab dhea meminta maav atas kejadian pagi ini yang membuat revan dan
dirinya hampir terlambat ke sekolah. Dalam hati dhea merutuki kebodohannya
karena menunggu balasan sms dari pengirim misterius itu sampe-sampe tidurnya
tidak bisa nyenyak semalam.
Sesampainya di depan kelas Dhea dan revan berpisah, Dhea
memasuki kelas XI.Ia3 sedang Revan menuju ruang kelas XII.Ia1. Saat akan
memasuki kelas, dhea bingung karena ruang kelas kosong hanya ada beberapa anak
di dalam kelas. Dhea pun segera menuju tempat duduknya dan melihat ke arah
bangku Icha. Dhea semakin bingung karena di bangku Icha ada tas Icha namun
ichanya tidak terlihat di dalam kelas. Dhea akan bertanya pada temannya yang
masih di kelas, namun kembali Dhea menyadari bahwa di dalam kelas hanya tinggal
dirinya dan Rangga siswa pindahan yang dari tadi menatapnya dari tempat
duduknya.
“Loe nyari temen-temen loe ya.. mereka semua keluar kelas..
hari ini kan gak ada pelajaran, semua guru ada rapat sama bapak kepala
sekolah..” kata Rangga secara tiba-tiba menjawab kebingungan Dhea melihat
keadaan kelasnya yang sepi. Karena kelelahan setelah berlari dari gerbang
sekolah tadi, Dhea pun memutuskan untuk tetap di kelas dan duduk di bangkunya
dan mengeluarkan Hp dari tasnya untuk mengirim pesan pada Icha. Saat membuka
HP-nya, di layar tertera 1 pesan masuk. Dhea segera membuka pesan itu, ternyata
itu pesan dari putra anak SMA garuda yang di terima sekitar 2 menit yang lalu.
From: sii putra_misterius (+628578887654)
Met pagi Dhe..
Selamat skul yya..
J
Dhea membalas sms putra dan melupakan niatnya untuk mengirim sms pada icha
untuk membelikan dia sarapan.
To: sii putra_misterius (+628578887654)
Pgi jg put.
Met skul jga..
Loe thu hr ini gue hmpr tlt msk kls gra* loe..
:D
Setalah di tunggu hingga beberapa menit balasan dari putra tak kunjung
datang. Dhea pun teringat pada niatnya untuk mengirim pesan pada Icha. Setelah
mengirim pesan pada Icha, ternyata Icha tidak bisa membelikan Dhea makan karena
saat ini Icha sedang berada di ruang perpustakaan mengikuti rapat dadakan dari
club biologi. Karena merasa bosan Dhea pun tertidur di dalam kelas. Namun
tiba-tiba rangga menghampirinya dengan menyodorkan plastik berisi bungkusan
makanan.
“Nie buat loe.. sepertinya loe belum sarapan..” tegur rangga sambil
menyodorkan nasi bungkus yang di belinya di kantin saat Dhea tertidur dan
rangga duduk di bangku di depan dhea dengan menghadap ke Dhea. Dhea yang kaget
karena tiba-tiba saat dia terbangun dari tidurnya sudah ada rangga di depannya
dan langsung menyodorkan bungkusan dalam tas plastik.
“Loe tahu dari mana kalo gue belum makan?” tanya dhea curiga sambil menatap
ke arah rangga. Rangga yang di tatap dengan dengan pandangan curiga hanya
tersenyum balik menatap Dhea.
“sorry-sorry gue buat lo kaget dan curiga.. gue cuman nebak aja, tadi waktu
liat loe masuk kelas dengan ngos-ngosan dan hampir telat, gue dah bisa nebak
kalo loe pasti bangun kesiangan dan belum sarapan...” jelas rangga pada dhea.
Dhea pun menerima bungkusan itu dan mengucapkan terimakasih lalu memakan dengan
lahap nasi bungkus itu. Tanpa di sadari rangga terus menatap dhea yang sedang
tanpa sedikit pun berkedip. Dhea yang akhirnya menyadari bahwa rangga masih
berada di depannya dan terus menatapnya saat makan jadi salah tingkah dan malu.
“duhh,, loe itu kok ngliatin gue makan terus sih.. loe mau ya...?” tawar
Dhea dengan wajah merah karena malu menyadari dirinya yang makan dengan
rakusnya di hadapan rangga.
“nggak kok.. makasih...” tolak Rangga. Dhea pun melanjutkan mekannya dan
Rangga tetap menatap Dhea. Tiba-tiba suasana kelas menjadi sunyi dan hal ini
membuat Dhea segera mengakhiri makannya.
“ohh ya.. kemarin kita belum kenalan, nama gue Rangga, loe Dhea kan?? “
tanya Rangga pada Dhea secara tiba-tiba untuk memecah keheningan di antara
mereka.
Dhea yang saat ini sedang minum merasa kaget dan hampir saja menumpahkan
botol minumannya. Rangga merasa bersalah mengetahui bahwa pertanyaannya yang
tiba-tiba itu membuat Dhea kaget dan hampir menumpahkan minumannya. Rangga pun
segera meminta maav.
“Nggak apa-apa kok... hhheeh.. loe kok tahu nama gue.. kita kan kemarin
belum kenalan...?” tanya dhea sambil mejanya dari sisa-sisa makanan.
“ooohhh.. gue tahu nama loe dari temen-temen...!” jawab rangga dengan
polosnya.
“Ooww... begitu... ohh ya.. loe mau ikut gue gak.. dari pada di kelas
membosankan gini.. mending loe ikut gue...”
“kamana?” tanya rangga bingung melihat perubahan wajah Dhea yang awalnya
canggung secara tiba-tiba jadi ceria.
“udah ayoo ikut aja...!” dhea menarik tangan Rangga meninggalkan kelas.
Tanpa dapat menolak ajakkan Dhea, Rangga mengikuti Dhea berjalan tanpa banyak
bertanya lagi. Dhea membawa Rangga ke Taman belakang sekolah. Pada saat-saat
seperti ini, taman belakang sekolah cenderung sepi karena para siswa lebih
memilih menghabiskan jam kosong di lapanga dan kantin. Dhea mengajak Rangga
duduk di salah satu bangku yang berada di tengah taman. Dan dalam beberapa saat
mereka sibuk dalam pikiran masing-masing.
“gue gak nyangka kalo di belakang sekolah gue yang baru ada taman serindang
ini...” Rangga berkomentar tentang taman sekolahnya yang baru. Namun tidak ada
tanggapan dari orang yang duduk di sebelahnya. Rangga pun memalingkan wajahnya
untuk melihat Dhea, tapi ternyata Dhea sedang melamun dan tidak mendengarkan
Rangga berbicara. Rangga pun memperhatikan Dhea yang sedang melamun tanpa
sedikitpun berkedip.
“Loe kok ngliatin gue sih...?” tanya dhea dengan wajah malu-malu setelah
sadar bahwa dari tadi Rangga terus memperhatikannya.
“hehhe.. Loe kenapa?” Rangga balik bertanya pada dhea mengenai sikapnya
yang tiba-tiba berubah.
“wajah loe ngingatin gue pada orang yang ingin gue lupain seumur hidup
gue...!” dhea menjelaskan pada Rangga. Namun tanpa dhea sadari perkataannya
telah membuat Rangga kaget dan sedih.
“mantan loe?? Atau orang yang loe suka?” Rangga memalingkan wajahnya dari
Dhea untuk menyembunyikan perasaannya yang tiba-tiba bergejolak.
“gue dulu punya sahabat namanya dewa ma ciput mereka adalah kakak beradhik..
gue, revan si ketua OSIS, dan mereka berdua, kita dulu bersahabat.. tapi mereka
tiba-tiba pergi tanpa sedikitpun ngasih kabar atau penjelasan. Gue ma revan
berusaha untuk tetap menunggu hingga akhirnya gue ma revan mutusin untuk lupain
mereka dan menganggap mereka gak pernah ada..” Dhea menjelaskan apa yang
terjadi dengan persahabatan mereka sambil menatap lurus ke arah kerumunan
siswa-siswa yang sedang bermain sepak bola di lapangan samping sekolah.
“seandainya Loe ketemu lagi dengan mereka, apa loe masih mau nerima mereka
sebagai sahabat lagi?” Rangga bertanya pada dhea tanpa berani menatap Dhea.
“ntahlah..!”
“aduhh,,, gue kok jadi curhat ma loe sih.. lupakan dech.. anggap loe gak
pernah denger curhatan gue..hhhehe!” dhea yang tiba-tiba sadar bahwa seharusnya
dia tidak bercerita masalah pribadinya pada rangga, orang yang baru dia kenal.
Dhea pun segera berdiri dan mengajak Rangga ke kantin untuk beli minuman. saat
hendak memasuki kantin, dhea dan rangga bertemu dengan Revan dan icha yang baru
selesai mengikuti bimbingan club biologi. Rangga pun berkenalan dengan revan.
Setelah memesan beberapa minuman dan makanan, mereka berempat pun mencari
tempat yang kosong di sudut kantin.
“revan, ntar pulang sekolah mampir ke taman belakang komplek perumahan loe
ma dhea ya...!”
“nggak!!!” Revan dengan tegas menolak permintaan icha dan menatap tajam ke
arah icha yang saat itu juga langsung memasang wajah sedih.
“van, mau sampe kapan loe kayak gini..? loe bilang mau belajar melupakan
sahabat-sahabat loe yang dah ninggalin loe ma dhea.. tapi nyatanya loe bukan
berusaha melupakan mereka.. tapi loe menghindar dari kenangan-kenangan tentang
kalian.. apa yang loe lakuin hanya akan buat loe semakin merasakan
kekecewaan..!”setelah berkata seperti itu pada revan, icha pun langsung berdiri
dan meninggalkan kantin. Icha tahu, jika ia terus-terusan berada di kantin
bersama revan, maka yang terjadi adalah perdebatan panjang. Dan tanpa meraka
semua sadari, rangga yang saat itu berada di antara mereka dan mendengarkan
semua pembicaraan Revan dan icha tiba-tiba ikut berdiri dan pergi meninggalkan
revan dan dhea di kantin. Setelah kejadian di kantin, saat pulang sekolah dhea
tidak bertemu dengan icha maupun rangga.
Di tempat yang berbeda, icha yang setelah kejadian di kantin memutuskan
untuk pulang tanpa sepengetahuan teman-temannya. Setelah meminta ijin pulang
pada guru piket dengan alasan sakit, icha pun di ijinkan pulang oleh guru
piket. Ketika sampai di depan gerbang sekolah icha bingung mau pergi kemana.
Dia tidak mungkin pulang, karena mamanya pasti curiga. Icha pun memutuskan
untuk pergi ke perpustakaan daerah yang terletak di dekat perumahannya yang
juga merupakan perumahan Dhea dan Revan. Icha pindah ke perumahan itu sekitar 3 tahun lalu saat ayahnya yang seorang
pengusaha di jakarta akan membuka bisnis baru di bogor. Setelah hampir 5 jam
berada di dalam perpustakaan, icha pun beranjak untuk pulang. Saat dalam
perjalanan menuju rumahnya yang terletak 2 blok dari rumah Dhea dan revan, icha
melihat ke arah taman yang menjadi akar permasalahn antara dia dan revan pagi
tadi. Di taman itu icha melihat seseorang yang sedang duduk membelakangi icha,
icha yang merasa kenal dengan sosok itu pun datang menghampirinya. Setalah
berada tepat di belakang orang itu, bermaksud untuk menyapa orang itu, namun
orang itu terlebih dahulu menyadari kedatangan icha dan membalikkan badannya.
“Eeh elo.. ! ngapain loe di sini..?” icha yang kaget mengetahui bahwa orang
tersebut rangga tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya. Melihat wajah
kagetnya icha, rangga hanya tersenyum dan menyuruh icha duduk di sampingnya.
“tempat ini penuh kenangan..” rangga menjawab pertanyaan icha dengan
jawaban yang tidak sesuai sambil menatap lurus ke depan.
“maksud loe?!” icha yang bingung dengan jawaban rangga langsung melihat ke
arah rangga dan mendapati wajah rangga yang penuh kesedihan.
“gue, gue orang yang di benci ama Revan dan Dhea..!”
“maksud loe, loe sahabat revan dan dhea?? Bukannya sahabat mereka itu dewa
ma ciput ya..?” icha semakin bingung dengan apa yang di dengarnya.
“nama gue Ariangga Dewa Saputra, waktu kecil gue di panggil dewa.. ciput
itu adhek gue, namanya Arista Dewi Saputri.. revan ama dhea suka banget manggil
adhek hue dengan nama ciput..” rangga menjelaskan siapa dirinya. Icha yang
mengetahui kenyataan ini pun sangat kaget. Dia tidak menyangka bahwa orang yang
menjadi sumber pertengkarannya dengan revan ternyata adalah anak baru di
sekolahnya.
“loe.. loee.. kenapa loe gak jujur ma revan dan dhea..?!” icha yang tiba-tiba merasa marah meninggikan
suaranya pada rangga. Rangga meyadari bahwa icha marah dengan semua ini apa
lagi dengan kejadian waktu di sekolah.
“gue belum berani jujur ma mereka karena gue belum siap cerita ke meraka
tentang ciput..”
“memank kenapa dengan ciput..?” nada suara icha sudah mulai tenang kembali.
“ciputt...” rangga terdiam beberapa saat. “dia udah meninggal karena
kecelakaan waktu di surabaya.. dan semua itu salah gue, ciput meninggal waktu
gue nganter ciput sekolah.. karena masih merasa ngantuk, tanpa sengaja di jalan
gue nabrak trotoar, dan saat itu juga ma ciput pingsan di tempat. Nyawa gue
tertolong tapi nggak dengan ciput, dia meninggal saat perjalanan menuju rumah
sakit akibat pendarahaan pada otaknya setelah terbentur trotoar..!” rangga menceritakan
kejadian yang menimpanya beberapa bulan lalu. Jelas terlihat penyesalan yang
mendalam pada mata rangga. Icha yang mendengarkan cerita rangga tak mampu
berkata-kata lagi. dan tanpa mereka sadari, semua pembicaraan mereka di
dengarkan oleh 2 orang yang sejak tadi berdiri di belakang mereka.
“APA!!!!??” Dhea yang mendengar cerita rangga langsung berteriak dan
terjatuh di tanah tanpa sempat di tolong oleh Revan yang juga mendengarkan
cerita Rangga di samping Dhea. Revan hanya bisa diam dan merasakan kesedihan
yang begitu mendalam. Mengetahui ada orang di belakang mereka. Icha dan
ranggapun secara bersamaan melihat kebelakang mereka dan betapa kagetnya mereka
mengetahui bahwa revan dan dhea telah mengetahui semuanya. Rangga pun segera
menolong Dhea yang terjatuh di tanah dan menuntunnya untuk duduk di kursi taman
yang tadinya di duduki oleh Icha. Setelah keadaan tenang, rangga pun
menjelaskan alasan kenapa dulu dia dan ciput pindah tanpa pamit, itu di
karenakan rangga tidak ingin terjadi perpisahaan di antara mereka. Setelah menjelaskan semuanya dan kematian
ciput, mereka berempat pun saling berpelukkan dan kembali bersahabat seperti
dulu walau kini tanpa ciput dan bertambah dengan kehadiran icha. Mereka pun
memutuskan untuk mengunjungi makam ciput saat liburan mendatang di surabaya.
*pucha*
_THE END_